Penulis: Rani Azzahra*
Ketahanan pangan merupakan kondisi di mana setiap individu memiliki akses terhadap pangan yang cukup, berkualitas, aman, dan bergizi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Salah satu pilar utama dalam ketahanan pangan adalah pilar konsumsi, yang mencakup beberapa aspek penting seperti kecukupan asupan, kualitas pengolahan pangan, sanitasi dan higiene, kualitas air, serta kualitas pengasuhan anak. Mari kita bahas masing-masing indikator tersebut.
Kecukupan asupan merupakan indikator utama dalam menilai ketahanan pangan. Kecukupan asupan berarti bahwa setiap individu harus mendapatkan jumlah kalori dan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh mereka. Asupan yang cukup tidak hanya berfokus pada jumlah kalori, tetapi juga pada keseimbangan makronutrien (karbohidrat, protein, dan lemak) serta mikronutrien (vitamin dan mineral).
Indikator ini sering diukur dengan melihat tingkat konsumsi kalori harian individu, status gizi, serta prevalensi malnutrisi dan gizi buruk di masyarakat. Jika suatu masyarakat memiliki angka kekurangan gizi yang tinggi, hal ini menunjukkan bahwa pilar konsumsi dalam ketahanan pangan belum terpenuhi.
Kualitas pengolahan pangan berkaitan dengan cara makanan diproses, disiapkan, dan disajikan. Pengolahan pangan yang baik dan tepat akan mempertahankan nilai gizi makanan, mengurangi risiko kontaminasi, serta meningkatkan cita rasa.
Indikator ini dapat dilihat dari tingkat penerapan praktik pengolahan pangan yang aman dan higienis di rumah tangga dan industri pangan. Pengolahan yang baik mengurangi risiko penularan penyakit dan membantu memastikan bahwa pangan yang dikonsumsi memenuhi standar keamanan pangan.
Sanitasi dan higiene memiliki peran penting dalam memastikan pangan yang dikonsumsi tidak terkontaminasi. Kualitas sanitasi yang baik mencakup akses ke fasilitas sanitasi yang layak, seperti toilet yang bersih, tempat pembuangan limbah yang memadai, dan penggunaan sabun untuk cuci tangan.
Higiene, di sisi lain, merujuk pada perilaku bersih dalam menangani makanan, seperti mencuci tangan sebelum memasak atau makan, menjaga kebersihan alat-alat makan, serta menyimpan makanan di tempat yang aman. Kurangnya sanitasi dan higiene yang baik dapat meningkatkan risiko penyakit yang disebabkan oleh patogen atau kontaminasi pangan, yang akan mempengaruhi ketahanan pangan di tingkat individu dan masyarakat.
Air bersih merupakan komponen vital dalam pilar konsumsi, karena digunakan dalam berbagai proses pengolahan pangan, baik untuk mencuci bahan makanan maupun untuk memasak. Kualitas air yang baik harus bebas dari kontaminasi kimia, biologis, dan fisik yang dapat membahayakan kesehatan.
Indikator kualitas air dalam ketahanan pangan diukur melalui akses rumah tangga terhadap sumber air bersih dan sehat. Penggunaan air yang tercemar dapat menyebabkan berbagai penyakit yang akan mengganggu status gizi dan kesehatan masyarakat secara keseluruhan.
Pengasuhan anak yang baik merupakan aspek penting dalam mendukung ketahanan pangan, terutama untuk anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan. Pengasuhan anak yang optimal mencakup pemenuhan kebutuhan gizi yang seimbang, penerapan praktik ASI eksklusif hingga usia 6 bulan, pemberian MPASI yang bergizi, serta pengawasan terhadap tumbuh kembang anak.
Indikator pengasuhan anak dapat dilihat dari tingkat prevalensi gizi buruk pada balita, tingkat ASI eksklusif, dan ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan serta program edukasi bagi orang tua. Pengasuhan yang baik akan memastikan bahwa anak-anak tumbuh sehat dan memiliki ketahanan pangan yang optimal sejak dini.
Pilar konsumsi dalam ketahanan pangan tidak hanya mencakup ketersediaan pangan, tetapi juga melibatkan aspek-aspek penting lainnya yang saling terkait. Dengan memperhatikan indikator kecukupan asupan, kualitas pengolahan pangan, sanitasi dan higiene, kualitas air, serta kualitas pengasuhan anak, kita dapat memastikan bahwa ketahanan pangan dapat tercapai secara holistik dan berkelanjutan. Peran pemerintah, masyarakat, dan individu sangat diperlukan untuk bersama-sama mewujudkan ketahanan pangan yang komprehensif bagi semua.
* Penulis adalah Mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Ilmu Komunikasi