Penulis : Ahmad, S.Pd., M.Pd Dosen Bahasa Indonesia UNM
Bahasa adalah alat komunikasi yang memegang peran penting dalam kehidupan manusia. Namun, di era digital yang semakin cepat ini, kesalahan berbahasa semakin sering terjadi, baik dalam komunikasi sehari-hari maupun dalam media massa. Fenomena tersebut disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari kurangnya kesadaran penggunaan bahasa yang baik dan benar, hingga pengaruh bahasa asing yang kian marak. Oleh sebab itu, artikel ini akan mengurai dan menjabarkan tantangan yang dihadapi serta solusi yang dapat diambil untuk memperbaiki kekeliruan berbahasa di era digital.
Media sosial seperti Instagram, Twitter, dan Tiktok, kini menjadi wadah utama komunikasi bagi masyarakat modern. Seringkali, pengguna bahasa lebih mengutamakan kecepatan dan kepraktisan daripada ketepatan. Bahasa Slang dan singkatan sering digunakan, bahkan terkadang terjadi pencampuran dengan bahasa asing. Misalnya, frasa seperti “Auto Healing” atau gimana vibes-nya?”menunjukkan bahwa bahasa tidak digunakan secara baku, tetapi lebih kepada trend dan popularitas.
Sebuah survey oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (2022) menunjukkan bahwa 65% pengguna media sosial di Indonesia berusia antara 18-35 tahun tidak memperhatikan kaidah bahasa dalam postingan mereka. Minimnya pendidikan formal dalam penggunaan bahasa, khususnya di platform digital, menyebabkan masyarakat sering salah dalam penggunaan ejaan, struktur kalimat, hingga pemilihan kata.
Pengaruh bahasa asing, terutama bahasa Inggris, sangat dominan dalam berbagai konten digital. Dalam berbagai kasus, penerjemahan yang salah atau penggunaan kata-kata serapan justru memicu kebingungan. Seperti “download”, upload”, atau scroll” sering kali digunakan secara langsung dalam kalimat berbahasa Indonesia tanpa adaptasi yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
Kesalahan berbahasa tidak hanya terjadi di media sosial, tetapi juga di media massa arus utama seperti koran, majalah, dan portal berita daring. Banyak media yang tidak konsisten dalam menerapkan kaidah bahasa, seperti penggunaan huruf kapital, tanda baca, atau kata serapan. Lembaga Sensor Media (2021) menemukan bahwa dari 100 artikel berita di media daring, 30% di antaranya mengandung kesalahan tata bahasa yang signifikan, seperti penempatan kata yang tidak tepat atau ejaan yang salah.
Salah satu cara efektif untuk mengurangi kesalahan berbahasa adalah dengan meningkatkan literasi bahasa di kalangan masyarakat. Program pendidikan dan kampanye literasi bahasa yang dilakukan secara masif melalui sekolah, universitas, dan platform digital yang dapat membantu masyarakat memahami pentingnya penggunaan bahasa yang baik dan benar. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa telah meluncurkan inisiatif seperti KBBI Daring dan aplikasi Sahabat Bahasa, yang memudahkan masyarakat untuk mencari kata dan memahami kaidah bahasa Indonesia.
Media massa memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan konten yang edukatif. Dengan menyajikan artikel dan berita yang ditulis dengan tata bahasa yang benar, media massa dapat membantu meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya berbahasa secara benar.
Selanjutnya, pemerintah dan komunitas bahasa bisa meluncurkan kampanye untuk mengajak masyarakat berbahasa Indonesia yang baik dan benar, terutama di media sosial. Misalnya, melalui hastag seperti #BanggaBerbahasaIndonesia atau #BahasaIndonesiaKeren, pengguna media sosial dapat diajak untuk lebih sadar dalam menggunakan bahasa secara tepat. Kampanye ini dapat melibatkan influencer atau tokoh publik yang memiliki pengaruh kuat dikalangan pengguna media sosial.
Pendidikan bahasa Indonesia di sekolah-sekolah perlu lebih adaptif terhadap perkembangan zaman. Kurikulum yang memasukkan materi terkait penggunaan bahasa dimedia digital, termasuk dalam menulis email, posting di media sosial, hingga penulisan jurnalistik daring, akan lebih relevan untuk generasi sekarang.
Menghadapi tantangan kesalahan berbahasa di era digital memang bukan hal yang mudah. Namun, dengan berbagai solusi yang telah diuraikan, mulai dari peningkatan literasi bahasa hingga penerapan teknologi untuk perbaikan tata bahasa, diharapkan masyarakat Indonesia dapat lebih peduli akan pentingnya penggunaan bahasa yang baik dan benar, baik dalam bermedia sosial maupun media massa. Dengan demikian, bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa akan tetap terjaga kelestariannya di tengah gempuran bahasa asing dan pengaruh digitalisasi saat ini.