Radar Berita, Makassar (5/10/2024) – Bertempat di ruang pertemuan Gedung YPUP Makassar, Tim Peneliti Fundamental yang terdiri dari Dyan Fauziah Suryadi (Ketua), Muh Indra Fauzi Ilyas (Anggota), Harry Yulianto (Anggota), dan Iryani (Anggota), mempresentasikan capaian kemajuan penelitian yang berjudul “Social Media Usage dan Knowledge Empowerment Quotient dalam Peningkatan Kinerja Inovatif pada Pelaku Industri Kreatif di Sulawesi Selatan” kepada Reviewer, Ramlan Mahmud. Tim peneliti terdiri dari berbagai bidang dan kolaborasi antar perguruan tinggi (Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YPUP Makassar dengan Institut Bisnis dan Keuangan Nitro), serta juga melibatkan mahasiswa.
Pemaparan kemajuan penelitian sebagai bagian dari kegiatan monitoring dan evaluasi internal terhadap capaian penelitian fundamental reguler dengan skema riset dasar yang mendapatkan hibah pendanaan dari Direktorat Riset, Teknologi dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudrisetk) di tahun anggaran 2024. Kegiatan monitoring dan evaluasi internal, dihadiri oleh dosen serta mahasiswa.
Menurut Dyan sebagai Ketua Tim, penelitian kami mengambil tema pariwisata dan ekonomi kreatif, dengan topik ekonomi kreatif dalam mendukung pembangunan berkelanjutan. Industri kreatif terus mengalami perubahan dinamis sebagai akibat digitalisasi, dimana media sosial memainkan peran penting terhadap evolusi. Platform media sosial tidak hanya sebagai sarana pemasaran dan komunikasi, tetapi juga sebagai sumber pengetahuan yang dapat memicu inovasi.
Sebagai upaya mengatasi tantangan yang ditimbulkan media sosial terhadap kinerja inovasi pada industri kreatif, knowledge empowerment quotient dapat memainkan peran kunci dengan melibatkan pemanfaatan teknologi dan strategi untuk mengumpulkan, menganalisis, dan memanfaatkan pengetahuan secara efektif untuk mendorong inovasi, papar Dyan.
Lebih lanjut, Indra menjelaskan bahwa untuk mengatasi tantangan dalam penggunaan media sosial dan kesenjangan penelitian yang terjadi, penelitian kami menawarkan konsep baru yakni knowledge empowerment quotient yang merupakan penggabungan knowledge-based view dengan empowerment theory untuk memberikan gambaran pentingnya pengetahuan dalam pengembangan dan keberhasilan sebuah bisnis.
Menurut pandangan knowledge based view, pengetahuan sebagai sumber daya kunci untuk keunggulan kompetitif yang berkelanjutan melalui penciptaan dan pemanfaatan pengetahuan. Pengetahuan akan memberikan dampak kompetitif, ketika mereka sulit untuk direplikasi oleh pesaing, Riset ini mengkaji bagaimana pemberdayaan pengetahuan melalui media sosial dapat memengaruhi kinerja inovatif, membuka jalan bagi pengembangan strategi baru untuk pembelajaran dan kolaborasi kreatif, kata Harry.
Iryani menambahkan bahwa penelitian ini sangat dibutuhkan untuk memastikan industri kreatif dapat sepenuhnya memanfaatkan potensi media sosial dalam meningkatkan inovasi, mengatasi tantangan, dan pada akhirnya, berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi melalui knowledge empowerment quotient.
Hasil riset mengindikasikan bahwa media sosial dapat memberikan akses ke berbagai masukan dan umpan balik dari karyawan, serta melibatkan karyawan dengan pengetahuan yang tersebar untuk mengembangkan ide dan metode baru guna menyelesaikan masalah pekerjaan, sehingga media sosial dapat digunakan sebagai platform interaktif yang mendukung inovasi, jelas Dyan.
Pada sesi penilaian monitoring dan evaluasi, Ramlan selaku reviewer menanyakan tentang progres luaran wajib yakni publikasi pada jurnal bereputasi internasional (Scopus), serta luaran tambahan. Peneliti perlu berfokus untuk mengejar target luaran pada jurnal Scopus, karena prosesnya yang lama, sehingga perlu strategi khusus dalam publikasi, seperti menyebarkan naskah publikasi ke beberapa jurnal Scopus dengan judul dan konten yang berbeda, namun harus terkait dengan judul utama pada penelitian fundamental, kata Ramlan.
Ketercapaian luaran wajib yang dijanjikan oleh peneliti dapat mempengaruhi potensi keberlanjutan hasil penelitian, oleh karena itu peneliti harus memprioritaskan publikasi pada jurnal Scopus sesuai dengan yang diusulkan pada proposal, pungkas Ramlan.