Oleh: ASP
Pandemi COVID-19 telah membuka mata kita tentang betapa pentingnya deteksi dini dan respons cepat terhadap penyakit yang berpotensi menjadi wabah. Meskipun pandemi telah berlalu, ancaman penyakit menular lainnya tetap ada. Oleh karena itu, kita perlu memperkuat sistem surveilans kesehatan dengan pendekatan yang lebih kolaboratif dan inklusif, melibatkan seluruh elemen masyarakat. Bergerak dari hal itulah Puskesmas Bojong Nangka, Kabupaten Tangerang membuat sebuah inovasi Bernama Kolaborasi Aktif Terintegrasi Surveilans Berbasis Masyarakat atau yang disingkat dengan KAPTEN SUBASA.
Pijakan Hukum yang Kuat
Inovasi Kapten Subasa ini berdiri di atas dasar hukum yang kuat. Beberapa regulasi dan kebijakan nasional mendukung pencegahan dan pengendalian penyakit, antara lain:
- Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan, yang menegaskan pentingnya deteksi dini dalam mencegah penyebaran penyakit.
- Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 45 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan, yang menekankan peran penting surveilans dalam menjaga kesehatan masyarakat.
- Peraturan Menteri Koordinator Bidang PMK Nomor 7 Tahun 2022, yang mengatur tentang pedoman pencegahan dan pengendalian zoonosis dan penyakit infeksius baru
Tantangan yang Dihadapi
Saat ini, kita masih menghadapi berbagai tantangan dalam sistem surveilans kesehatan. Pertama, tingkat partisipasi masyarakat yang rendah. Banyak orang yang belum menyadari pentingnya melaporkan kasus penyakit, sehingga banyak kejadian yang terlambat ditangani. Kedua, keterbatasan sumber daya kesehatan. Petugas kesehatan sering kewalahan dengan beban kerja yang tinggi, dan mereka membutuhkan dukungan dari masyarakat untuk memperkuat sistem surveilans. Ketiga, kesenjangan data dan informasi. Data penyakit sering kali tidak terintegrasi dan terlambat, menghambat respons cepat terhadap potensi wabah.
Inovasi Surveilans yang Inklusif dan Kolaboratif
Untuk menjawab tantangan-tantangan tersebut, inovasi Kapten Subasa hadir dengan pendekatan yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Inovasi ini mengajak kader, perangkat RT/RW, UMKM, guru, klinik, fasilitas kesehatan, perusahaan, hingga stakeholder lainnya untuk berpartisipasi aktif dalam pelaporan kasus penyakit yang berpotensi menjadi KLB.
Dengan memanfaatkan platf orm digital yang mudah diakses, masyarakat dapat melaporkan kejadian penyakit secara berkala. Tidak hanya itu, fitur-fitur inovatif lainnya juga diperkenalkan, antara lain:
- Dashboard Pemantauan Real-Time: Menyediakan data terkini mengenai situasi dan tren penyakit, sehingga memudahkan pemantauan oleh petugas kesehatan dan masyarakat.
- Sistem Peringatan Dini: Mengirimkan notifikasi otomatis kepada petugas kesehatan dan masyarakat ketika ada indikasi potensi KLB, sehingga tindakan pencegahan dapat segera diambil.
- Edukasi dan Pelatihan Berkelanjutan: Meningkatkan kapasitas masyarakat dalam mendeteksi dan melaporkan kasus penyakit melalui program pelatihan yang berkelanjutan.
Dampak Positif bagi Kesehatan Masyarakat
Kapten Subasa diharapkan dapat memberikan dampak positif yang signifikan. Dengan peningkatan deteksi dini, kasus penyakit dapat terdeteksi lebih awal, memungkinkan respons penanganan yang lebih cepat dan efektif. Selain itu, data yang terintegrasi dan real-time memungkinkan pengendalian wabah yang lebih baik dan terkoordinasi. Edukasi yang berkelanjutan juga akan menciptakan masyarakat yang lebih tanggap dan terdidik, yang menyadari pentingnya pelaporan kasus penyakit untuk melindungi kesehatan bersama.
Kapten Subasa bukan hanya alat untuk mendeteksi dini dan mencegah KLB, tetapi juga merupakan upaya untuk membangun sistem kesehatan yang lebih tangguh dan responsif di era new normal. Dengan dukungan teknologi dan kolaborasi aktif dari masyarakat, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan aman bagi semua.